Menuju Britania Raya (Bagian 1)

Tepat pada tanggal 27 Juni 2016, surat pernyataan gue diterima sebagai mahasiswa PhD di University of Bristol resmi keluar. Pada saat ini, beasiswa gue sudah jelas, tinggal mengurus berbagai persiapan keberangkatan. Awalnya, gue pikir simpel saja karena dasarnya gue bukan orang yang banyak mikir untuk urusan begini, tapi ternyata banyak hal kecil yang harus diurus dan ada baiknya untuk diketahui sebelumnya. Adapun beberapa pertanyaan yang muncul selama proses gue menuju Inggris adalah:

Jadi… ngurus visa student teh gimana?

Gue ngurus visa sendiri. Seperti kebanyakan orang lainnya. Logika gue disaat itu adalah “Ini web pemerintah Inggris, harusnya sih udah cukup informatif dan friendly untuk dikerjain sendiri”. Dan berangkatlah gw dengan mencari di mesin pencari tentang UK VISA dan dilemparlah gue ke situs VFS global. Dari VFS global gue dilempar ke situs visa4uk dan ternyata disinilah semuanya diisi dan diurus.

Eh ini gimana? Kok gue udah daftar tapi email konfirmasi enggak masuk-masuk?

Chill. Santai aja. Emang suka begitu. Gue daftar jam 2 pagi dan email gue baru masuk jam 11 malam. Baru setelah itu gue mulai masuk dan mengisi data-data yang diminta.

Ini isiannya gimana ya? Alamat gue kan belum ada? Ini uang yang ditanggung berapa?

Intinya, kalau soal alamat lo bisa masukin alamat kampus. Lain-lainnya, lo bisa tinggal cari sendiri di google panduan mengisi visa pelajar inggris. Gue pun diberikan tautan oleh teman gue dan itu sangat membantu. Saran gue: buka dan baca-baca dulu aja soal cara ngisi. Lebih aman begitu.

Abis isi terus ini gimana ya? Bayar IHS (asuransi kesehatan) sama Visa gimana?

Sekali lagi, Chill. Enggak usah dibawa panik. Nanti lo akan diarahkan kok ke menu pembayaran. Gue sebagai yang akan kuliah 4 tahun, harus bayar IHS sebesar $900++ (iya bayar IHS dalam dolar) dan visa sebesar $440 (Sejujurnya gue lupa angka pastinya, tapi kurang lebih segitu). Lo bisa bayar pakai Paypal atau Kartu Kredit. Kalau soal virtual credit card atau aktivasi debit card, gue enggak tahu. Jangan mempersulit hidup, pinjam aja kartu kredit orang. Catatan: Lo bisa pakai 2 kartu kredit disini. Kartu kredit A buat IHS dan B untuk visa. Kalau kepentok masalah limit, pakai 2 kartu kredit. Kalau enggak ya santai aja pakai 1 kartu kredit.

Eh gue pengen visa gue cepet kelar nih. Cara pakai priority gimana?

Sebetulnya ini ada di situs VFS dengan judul User Pay Service. Tapi pada intinya, jasa prioritas ini membuat visa lo selesai diproses dalam 3-5 hari kerja (4 hari kerja pada kasus gue) dibanding proses normal yang 15-30 hari kerja. Lo enggak akan nemu cara bayar priority di visa4uk. Kalau lo mengurus visa di Jakarta, lo bisa tutup semua jendela (setelah mencetak bukti appointment dan form aplikasi GWF yang harus lo tanda tangan tanpa materai) dan lo akan ditanya ketika hari H appointment lo di loket. Di situs ditulis lo bisa membayar dengan kartu kredit atau debit BCA. Gue enggak tahu soal debit lainnya, tapi gue sendiri langsung bayar di loket dengan gesek debit BCA. Tapi logika gue sih, harusnya debit lain bisa karena mastercard atau visa. Cuma daripada bertaruh nasib, ambil aman aja. Kurangnya VFS UK ini adalah gue enggak bisa dengan mudah menemukan nomor teleponnya untuk ditelpon. Gue membayar priority sebesar 2.7 juta. Kalau lo mengurus di Bali atau Surabaya. Katanya sih lo harus daftar di web VFS dan nanti bayar dari situ. Gue berhasil membuat account di VFS dan masuk ke menu bayar, tapi gue sendiri bingung karena ketika mau isi bayaran sepertinya situsnya kacau jadi gue memutuskan untuk bayar langsung di loket saja.

Cara tahu dan booking tanggal/jam appointment gimana sih?

Ini ada bagiannya sendiri ketika daftar. Lo akan dikasih kalender di halaman situs visa4uk dan lo tinggal pilih tanggal yang lo mau, nanti akan muncul jam berapa yang masih ada tempatnya. Kalau enggak ada ya sesederhana jadwal itu penuh. Gue sih enggak tahu ada cara lain atau enggak untuk tahunya, tapi ketika gue daftar, gue sekaligus memberitahu ke teman-teman gue kapan kapan saja yang masih ada waktunya.

Akhirnya visa gue selesai… Terus apa?

Oh tenang, masih panjang daftarnya. Disini mungkin antara lo sudah memutuskan untuk pakai akomodasi pelajar atau mau mencari sendiri flat atau let di situs yang bisa lo cari sendiri di google.

Wah student accommodation mahal/sempit ya. Gue mau cari rumah aja deh. Caranya gimana?

Lo bisa memulai dengan menggunakan kata kunci “Let” atau “rent” di google. Pada kasus gue, yang gue gunakan seperti “Let bristol” atau “Let redland bristol” dan “house rent bristol”. Redland adalah nama daerah sekitar kampus gue. Sejauh ini gue masih berkutat di Spareroom dan Gumtree. Beberapa menggunakan website lain, silahkan. Senyamannya saja dengan tampilannya. Gue suka spareroom karena bisa menggunakan penyaringan “Include bills”.

Gue bingung nih. Apa aja yang harus gue tahu soal nyari kamar ya?

Beberapa hal yang gue sadari antara lain:

  1. Harga. Beda kota, beda rentang harga. Teman gue di daerah nottingham bisa dapat 300 pound sebulan. Gue di Bristol? 400-500 pound sebulan. Intinya sih jangan memandang rumput tetangga terlalu lama. Lo harus menyesuaikan dengan ketersediaan harga di daerah yang akan lo tinggali. Gue paham soal menabung, tapi ya gue sih enggak mau hidup susah di kamar sempit dan enggak nyaman cuma karena penghematan.
  2. Bills. Usahakan cari yang sudah include all bills. Dimana bills disini mencakup Gas, Listrik, Air dan Council Tax. Banyak Let yang bilang include all bills tapi enggak mencakup gas dan listrik (karena pakai token). Gue sih enggak mau repot begitu. Jadi harus hati-hati disini. Enggak salah kok untuk tanya billsnya mencakup apa saja. Terutama tanya termasuk internet dan televisi atau enggak. Gue disarankan teman-teman gue untuk hati-hati terutama bills ketika musim dingin.
  3. Jarak ke kampus. Gue masih berpikir naik sepeda ke kampus, tapi teman gue mengingatkan kalau musim dingin hampir pasti naik bus. Jadi carilah yang busnya gampang. Kalau di situs enggak dicantumkan, lo bisa pakai google maps untuk tahu rute bus dari let ke kampus.
  4. Kamar dan lainnya. Lo akan menggunakan kamar untuk apa? Gue sih jelas perlu ruangan untuk rencana gue main PS4 (setelah menabung tentunya). Artinya gue akan perlu ruangan agak besar untuk televisi. Kamar mandi ada berapa dan lo akan berbagi dengan berapa orang? Gue pribadi agak malas untuk berbagi 1 kamar mandi dengan 4 orang lainnya. Ini juga jadi pertimbangan gue. Cek juga dapurnya bagaimana? Apakah dapur senggol atau bisa untuk sambil berjoget? Gue juga kalau bisa inginnya sih kamar mandi dengan bathtub.
  5. References/Guarantor. Ini juga hal yang sering ditanyakan. Paling enak memang jadi mahasiswa PhD karena pasti sudah punya professor di kampus. Coba tanya ke professor apakah dia mau jadi reference/guarantor. Kasus gue, professor gue mau dan ini menjadi nilai plus bagi induk semang dalam menerima aplikasi gue. Tapi banyak juga kok kamar yang tidak perlu reference. Dicari saja.
  6. Durasi boleh tinggal & tanggal bisa masuk. Gue dari semenjak kuliah S1 bukan tipe orang yang berpindah tempat tinggal. Mau teman sekosan berisik atau kadang suka lupa menyiram kloset, gue sih telan pahitnya saja dan disabar-sabari. Tapi kalau let hanya membolehkan tinggal satu tahun (seperti akomodasi kampus)? Gue malas kalau harus mencari lagi. Jadi gue benar-benar bermodal keberuntungan. Gue juga sempat menemukan kamar yang sudah sangat cocok, tapi baru bisa masuk tanggal 14 September sementara gue berencana sampai tanggal 3 September. 11 Hari dengan airbnb yang semalamnya sekitar 15 pound? Tidak terima kasih.

Masih panjang perjalanan mencari kamar. Tapi selalu ada opsi untuk datang dulu, tinggal di hotel baru cari kamar karena akan lebih mudah ketika langsung bertemu agen yang katanya berseliweran dekat kampus. Lagipula, beberapa induk semang ingin kita melakukan viewing sebelum memutuskan.

Eh disana ada air panas untuk mandi enggak ya?

Oke gue akui ini pertanyaan super bodoh yang pernah gue lontarkan ke teman gue. Bagi yang pernah bertanya seperti itu dalam hati, jawabannya iya ada.

Terus gue harus bawa berapa ya uang untuk kesana? Waduh poundsterling habis nih di money changer manapun.

Gue sendiri sampai hari ini baru berhasil memegang 150 pound di tangan. Gue sih berencana punya 300 pound – 400 pound untuk gue pegang tapi gue tahu itu juga udah banyak banget. Ingat, kartu ATM kita ada logo mastercard dan visa, jadi seharusnya kita bisa langsung debit dari mesin ATM berlogo disana langsung. Kalau berpikir soal kurs atau biaya penarikan, jujur saja, ini langkah terakhir kalau sulit menemukan pound di money changer/bank. Oh iya ATM BCA enggak ada logo MasterCard ataupun Visa tapi ada logo Cirrus. Jadi enggak masalah.

Waduh bagasi gue ternyata bisa 2 koper.

Ini masih berjalan di gue. Kemungkinan gue akan menggunakan Duffle Bag yang akan gue wrap daripada membawa 2 koper. Maaf banget tapi gue sih males pakai koper banyak.

 

Sepertinya segitu dulu untuk bagian 1. Kalau ada lagi, gue akan lanjutkan ke bagian 2. Karena sepertinya sesampainya gue disana akan lebih banyak yang bisa gue tulis.

7 thoughts on “Menuju Britania Raya (Bagian 1)

  1. Kakak hati2 yaa di sana 🙂
    Makan yg bener, jangan sakit di sana, sehat terus, semangat terus, sholatnya jangan dilupain, ingat aku dalam doamu kyaaak!!! Hahaha

    Goodluck daryl!!
    Hayo ini siapa hayooo!!
    Kiss kiss muah muah

    Like

Leave a comment